Sudah lama saya pengen tur museum, tur taman kota, dan jalan kaki di daerah Braga. Akhirnya kemarin keinginan saya terwujud! Hehe. Berbekal peta+gps+hasil browsing+cerita jalan-jalannya Kak Naya, saya, Andra & Dohets ngebolang dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore.
Tujuan pertama kami adalah Museum Mandala Wangsit Siliwangi yang berlokasi di Jalan Lembong. Buat menuju kesini dari ITB cukup ngangkot sekali aja naik Stasion-Dago, disambung jalan sedikit. Kesan pertama masuk kesini, ehm, agak horror juga ya museumnya. Tapi semakin masuk ke dalam semakin seru mengingat pelajaran sejarah jaman SD-SMP macam Bandung Lautan Api, Pemberontakan DI TII, dsb. Bahkan ada maket kejadian perang dan pemberontakannya loh! Terus ada lirik lagu nasional macam Dari Barat Sampai ke Timur, Rayuan Pulau Kelapa, dan lainnya yang sukses membuat saya tahu kalau lagu yang biasanya diputar kalau TV udah mau selesai siaran itu judulnya Rayuan Pulau Kelapa. Pokoknya nasionalis bangetlah museum ini, secara saya anak eksak yang udah lama nggak belajar sejarah, seneng aja jalan-jalan disini, jadi belajar sejarah lagi dengan cara yang menarik.
Museum Mandala Wangsit Siliwangi
Jl. Lembong No.38
Senin-Kamis 08.00-16.00
Jumat 08.00-10.00
Sabtu 08.00-12.00
Biaya perawatan seikhlasnya aja :)
Berikutnya kami mencari makanan untuk brunch. Cukup dengan berjalan kaki, sampailah kami di Toko Sumber Hidangan, Braga. Menu utama disini sebenarnya roti-roti jaman baheula, tapi ada es krim dan makanan berat juga. Karena niatnya brunch, disini kami beli roti-rotian dan bitterballen. Rotinya enak, soesnya enak, dan bitterballen supermininya juga enaak! Ah iya di toko ini Dohets ketemu sama entah-siapa yang sepertinya adalah pemain The Raid. Karena saya buta masalah film-film Indonesia, saya sih cuek aja hahaha. Saya lebih peduli sama bocah cina kecil yang langganan bitterballen dan berhasil membuat saya penasaran seperti apa sih rasa bitterballen di toko kue jadul ini.
Satu ons bitterballen = IDR 8000
Kue soes = IDR 6000
Dohets dan roti kismis IDR 3000
Setelah puas brunch, berikutnya kami jalan ke Museum Konperensi Asia Afrika. Yes it is 'Konperensi' not 'Konferensi', as you can see on the picture below. Dibanding museum sebelumnya, jelas museum ini jauh lebih terawat dengan fasilitas yang sangat memadai. Selain ruang pameran, mereka juga punya perpustakaan, ruang nonton film, dan tentu saja ruangan luas tempat konperensi berlangsung 57 tahun yang lalu. Saya main ke perpustakaannya sekedar baca beberapa buku disitu, sementara Andra tenggelam membaca buku yang saya lupa judulnya - pokoknya terkait sama masa lalu. Kami juga sempat ke ruang nonton filmnya tapi cuma sebentar, terus filmnya habis deh. Nah idealnya sih di ruang pameran saya pengen baca detail satu-satu cerita di setiap papan, hitung-hitung belajar sejarah (lagi). Sayangnya waktu itu sudah mau memasuki jam istirahat siang, daripada terkunci di dalam museum, jadi saya nggak membaca detail deh hehe.
Museum Konperensi Asia Afrika
Gedung Merdeka Jl Asia Afrika No.65
Sabtu - Kamis 09.00-17.00
Jumat 14.00-18.00
Lunch break 12.00-13.00
Free! :)
Dari Museum KAA, karena sudah memasuki waktu dzuhur, kami memutuskan 'ngadem' di Masjid Raya Bandung yang terletak di Alun-alun. Setelah hampir 3 tahun hidup di kota ini, ini pertama kalinya saya ke alun-alun lho :" well sering sih lewat, tapi nggak sampai menginjakkan kaki literally di pelataran alun-alun gitu. Di sini banyak banget pedagang macam Gasibu di pagi hari. Ada pedagang tangkep-ikan yang saya kira semacam tempat fish therapy :p Oh iya sepanjang jalan braga dekat alun-alun banyak yang jualan minuman dingin di gelas plastik gitu, sangat menggoda sih macam es jeruk dan es teh, tapi saya menahan diri untuk nggak beli meskipun matahari lagi super terik 2012. Di alun-alun ini yang jajan adalah si Dohets. Doi nyobain serabi dan ketan bakar, yang sayangnya nggak seenak yang di Lembang. FYI, setahu saya kalau weekend, menara masjid ini bisa dinaiki oleh masyarakat umum. Jadi bisa melihat Bandung dari ketinggian macam monas gitu kali ya.
Alun-alun Bandung |
Masjid Raya Bandung |
Setelah shalat, kami meneruskan perjalanan ke arah Otista. Tujuannya pengen melihat mana sih tempat beli sepatu murah King's yang digemborkan orang-orang. Ternyata King's itu pusat perbelanjaan, saya kira macam toko sepatu kecil. Karena males ngemall, kami menerukan perjalanan ke Jalan Kalipah Apo. Disini, berkat rekomendasi Aswin, saya menemukan salah satu bandeng enak. Tapiii setelah panas-panasan jalan kaki kesini, sayang sekali bung restaurannya tutuup! Huftnah. Dari semua hari yang ada, ternyata restauran ini tutup hari Selasa .___.
Dibalik setiap kejadian pasti ada hikmah. Meskipun nggak bisa makan di Lotek Kalipah Apo, kami berhasil menemukan restauran kecil tempat asal mula Es Cendol Elizabeth di Jalan Otista. Saya langsung ingat cerita Kak Naya tentang Es Cendol 3000 perak. Maka masuklah kami ke restauran itu dan langsung pesan tiga item: Es Cendol, Es Goyobod, dan Batagor Kuah Ceker. Sebenarnya yang terakhir ini random aja si Andra mesen. Ehh ternyata pas dicobain enak bangeeet! Ehm, nggak tahu sih apa karena kami habis panas-panasan dan kelaparan, tapi emang enak kok. Es cendolnya enak, goyobodnya juga enak. Ah buat saya kayanya cuma ada dua pilihan: enak dan enak banget.
Es cendol IDR 3000 Es Goyobod IDR 8000 |
Batagor Kuah Ceker IDR 12000 |
Yak, setelah menikmati kesegaran cendol, kami lanjut jalan ke Taman Tegalega! Pertama masuk ke taman ini, agak bingung melihat jejeran batu disamping pohon yang nampak seperti batu nisan. Saya sempat berpikir jangan-jangan taman ini dwifungsi sebagai pemakaman pahlawan juga. Ternyata batu itu bukan batu nisan saudara-saudara, tapi batu yang bertuliskan nama pohon dan perwakilan negara yang menanamnya. Jadi sepertinya saat peringatan 50 tahun KAA, perwakilan negara-negara yang berpartisipasi dalam konperensi itu datang kesini dan menanam pohon. Kreatif sih idenya, tapi agak serem juga karena bentuknya mirip banget sama batu nisan :|
Taman Tegalega dan batu nama pohonnya |
Di bagian tengah Taman Tegalega ini ada Monumen Bandung Lautan Api. Nah jalan yang mengelilingi monumen ini dipakai sama orang-orang untuk jadi jogging track gitu. Multi fungsi sekali ya taman ini, jadi tempat bersejarah, ruang terbuka hijau, dan tempat olahraga juga.
Monumen Bandung Lautan Api |
Setelah puas jalan di sekitar Taman Tegalega, kami ngangkot ke Jalan Banteng, tempat Mih Kocok Mang Dadeng berada. Kangen banget sama Mih Kocok ini! Terakhir kesini kelas 3 SMA, dalam keadaan DBD dan kedinginan setengah mati haha. Saya langsung pesan Mih Kocok Spesial, satu porsi buat bertiga. Kenyang banget bok, asli wisata kuliner banget seharian ini. Dan mih kocok mang dadeng ini ternyata rasanya masih sama oke nya dengan jaman terakhir saya kesini :)
Mih Kocok Spesial IDR 21000 |
Nah petualangan kami sebenarnya sudah berakhir disini, meskipun perjalanan pulangnya rada ribet karena saya nggak tahu angkot yang bisa mengantarkan dari Jl Pelajar Pejuang - Jl Malabar - Jl Ahmad Yani. Tiga kali naik angkot, baru berhasil deh sampai di Jl Malabar tempat beli coverall buat KP, yang kemudian dilanjutkan dengan dua kali ngangkot dan sampai dengan cantik di kostan. Begitu memasuki daerah Dago dan sekitarnya tuh, rasanya kaya habis darimanaaaa gitu. Seneng rasanya melihat daerah yang familiar, daerah yang dekat sama 'rumah' :p
Seru banget lho keliling Bandung ini! Seriously, hidup di Bandung dan hanya main di Cisitu-Tubagus-Kanayakan-DU-Dago dan sekitarnya itu rugiiii. Ngebolang dan nyasar itu perlu, asik kan sekalian wisata kuliner juga. Ayo ayo jelajahin Bandung!
Love,