Setelah berhasil menyelesaikan kerja praktek selama satu bulan di Muara Badak, Kalimantan Timur, saya dan Anggi menyempatkan diri untuk menikmati kota Balikpapan. Balikpapan sendiri sebenarnya bukan ibu kota Kalimantan Timur, seperti yang seringkali salah dikira orang-orang. Ibu kota Kalimantan Timur adalah Samarinda. Kenapa saya memilih untuk menjelajahi Balikpapan, karena pesawat saya ke Jakarta berangkat dari sana. Nggak deng, selain alasan itu sebenarnya karena saya juga mencari pantai. Maklum anak gunung yang tinggal di hutan selama sebulan, mengidamkan angin pantai dan debur ombak.
Saya dan Anggi meninggalkan Muara Badak pada Selasa pagi, bermodalkan nekat. Kenapa nekat? Karena sebenarnya rencana kami ke Balikpapan adalah hari Kamis, tapi yasudahlah ya. Kami bukan backpacker, bukan, karena niat kami tinggal di hotel 'sederhana' ternyata salah tempat. Hotel yang dikira sederhana itu ternyata lumayan juga, dengan wifi super cepat, tv kabel, dan bathtub bahkan di kamar yang paling standar. Mungkin lagi rejekinya ya kami jadi bisa menikmati fasilitas macam ini (padahal sampai Jakarta bangkrut).
Di Balikpapan sendiri saya nggak terlalu eksplor kuliner atau tempat bersejarah seperti di Medan dulu. Mungkin karena capek banget sisa-sisa kerja rodi selama KP *lebay* atau mungkin juga karena jiwa petualang saya lagi nggak aktif. Jadi kerjaan saya dan Anggi selama di Balikpapan adalah jadi anak pantai dan anak mall.
Tempat pertama yang kami kunjugi adalah Balcony City Mall. Mall ini terletak di pusat kota Balikpapan, dengan pemandangan menghadap pantai. Kami kesini untuk makan siang.
Pemandangan Laut dari Balcony City Mall |
Setelah kenyang, kami memutuskan untuk mengunjungi Pasar Kebun Sayur. Tidak seperti namanya, pasar ini tidak berisi sayur-sayuran tapi berisi aneka oleh-oleh khas Kaltim. Dari batik kalimantan sampai perhiasan berbatu-batu besar, ada disini. Dan tentu saja harganya bisa ditawar. Kami bahkan sudah punya 'langganan', seorang ibu-ibu yang punya kios dengan barang-barang menarik. Meskipun udah muter-muter di pasar, pada akhirnya kami balik lagi ke kios si ibu.
Aneka oleh-oleh di Pasar Kebun Sayur (Dok: Anggi)
Menjelang maghrib, kami mengunjungi Pantai Kemala. Pantai ini di tengah kota banget tapi lumayan sepi. Pasirnya putih dan airnya bersih nggak bersampah. Lumayanlah, bisa main air hehehe.
Kemala Beach |
Dari Pantai Kemala, kami shalat di Masjid At Taqwa Balikpapan, semacam masjid raya-nya Balikpapan lah ya. Masjidnya bersih, cantik dan terawat, nyaman shalat disini :)
Masjid At Taqwa Balikpapan |
Nggak jauh dari Masjid At Taqwa ada Taman Bekapai. Jadi konon kata cerita-cerita di internet, di taman ini ada air mancur yang menggambarkan sumur minyak, yang berarti melambangkan Balikpapan sebagai salah satu kota sumber minyak. Dan air mancur itu cantik banget di malam hari. Tapiii waktu saya dan Anggi kesana, air mancurnya mati. Hanya ada beberapa lampu menyala disekitar air terjun mini yang mengelilingi kolam. Bahkan nggak lama setelah kami foto-foto, lampu-lampu dan air terjunnya pun ikutan mati. .___.
Taman Bekapai |
Di sekitar Taman Bekapai di malam hari banyak penjual makanan. Saya dan Anggi yang gagal menikmati keindahan air mancur akhirnya memutuskan untuk makan malam di tepi Taman Bekapai. Makanan yang dijual disini macem-macem, dari yang sifatnya snack macam gorengan, roti bakar, pisang kepit sampai makanan berat seperti soto ayam, burger, mie ayam, dan lain-lain.
Di hari kedua, kami sudah bertekad untuk mengejar sunrise di Pantai Kemala. FYI, Pantai Kemala nggak seperti pantai-pantai kebanyakan yang menyajikan pemandangan sunset. Karena posisinya menghadap ke timur, pantai ini menyajikan pemandangan cantik sunrise. Sayangnya, saya dan Anggi ketiduran dan gagal mengejar sunrise cantik itu, hiks :'(
Jadi hari kedua kami dimulai dengan mengunjungi Taman Monpera (Monumen Perjuangan Rakyat). Ini favorite spot-nya Anggi, karena dari Monpera arah manapun pemandangannya bagus. Ada pantai juga lho di belakang taman ini.
Monumen Perjuangan Rakyat |
Pemandangan pantai dari Monpera |
Dari Taman Monpera kami memutuskan jalan kaki sebentar sampai masjid untuk menikmati pemandangan kota Balikpapan. Balikpapan ini kotanya bersih dan rapi. Pemilahan sampahnya ada yang dua bahkan tiga tempat. Nggak ada sampah berserakan di jalan. Menurut supir taksi kami, ada jadwal khusus untuk pengangkutan sampah. Orang yang buang sampah dari dalem rumah diluar jam-jam tertentu bisa kena denda. Wah, pantes ya bersih kotanya. Jalan kaki di trotoar pun oke-oke aja karena nggak berpolusi seperti Jakarta, meskipun kadang panas juga sih, karena kota ini kan ada di tepi pantai.
Jalan Sudirman, Balikpapan |
Aneka tempat sampah di sepanjang Jalan Sudirman (Dok: Anggi)
Nah untuk berkeliling kota sendiri, saya dan Anggi menggunakan angkot yang di kota ini disebut teksi. Angkot di kota ini lucu, tempat duduknya berjejer menghadap ke depan, nggak seperti angkot pada umumnya yang penumpangnya duduk berhadap-hadapan. Warna angkot dan nomornya juga cenderung mudah diingat, jadi nggak sulit jadi angkot-pedia di kota ini :p
Tujuan berikutnya adalah Bandara Sepinggan. Bukan untuk pulang tapi untuk mengurus perpindahan jadwal tiket pesawat. Bandara Sepinggan nggak sebesar Soetta, tapi seperti kebanyakan bandara kota besar lainnya, bandara ini sedang mengalami renovasi supaya fasilitasnya lebih memadai. Bandara Sepinggan Terminal A ramainya mirip sama Soetta. Banyak pengangkut koper dan banyak bapak-bapak yang kayanya juragan minyak atau juragan tambang semua. Sementara di Terminal B yang lebih baru, interriornya mirip mall dan pastinya lebih adem dan rapih dibanding Terminal A. Lokasi Bandara Sepinggan sendiri nggak terlalu jauh dari pusat kota, bisa ditempuh dengan 15-30 menit saja. Beda banget ya sama Soetta yang bisa 3 jam di jalan kalau kena macet :|
Pintu masuk Bandara Sepinggan (Dok: Anggi) |
Selesai mengurus tiket, kami akhirnya menikmati wisata kuliner: Kepiting! Dua tempat makan kepiting terkenal di Balikpapan adalah Kepiting Kenari dan Kepiting Dandito. Kami makan di kepiting kenari, sementara kepiting dandito kami bawa pulang ke Jakarta untuk oleh-oleh. Atas rekomendasi orang-orang, kami memesan kepiting saus lada hitam. Jeng-jeng-jeeeng datanglah kepiting seabruk-abruk yang kayanya bisa buat 4-5 orang. Banyak banget! Kami berdua berjuang keras menghabiskannya haha. Kepitingnya enak kok, tapi capek makannya, harus dipecah-pecahin dulu. Saya sendiri lebih prefer asokanya dandito karena bisa dimakan tanpa capek dan bumbunya lebih enak. Harga kepiting kenari lada hitam IDR 170k, sementara kepiting asoka lada hitam di dandito harganya IDR 103k.
Kepiting Kenari Lada Hitam |
Sorenya kami mengunjungi Pantai Melawai, karena disinilah kita bisa menikmati sunset. Sayangnya saat itu lagi berawan, jadi sunsetnya kurang maksimal :( dan sayangnya lagi, pantai disini agak curam, karena bersebelahan sama pelabuhan jadi sebenarnya pantai ini bukan untuk main. Selain itu dibanding sama Pantai Kemala, pantainya cenderung kotor karena banyak sampah. Jadi setelah menikmati sunset, kami memutuskan kembali ke Pantai Kemala untuk main air hehehe.
Sunset di Pantai Melawai |
Dan perjalanan kami di Balikpapan pun ditutup dengan dinner di Plaza Balikpapan. As i said before, kami disini jadi anak pantai dan anak mall, jadi kunjungan tempat serunya nggak banyak. Tapi overall saya menikmati Balikpapan, menikmati pantainya dan kotanya yang bersih. Pengennya kapan-kapan kesini lagi dan lebih eksplor wisata kuliner :D
Love,
Love,