Kemarin saya dan Nenek Hanna ngebolang lagi. Tapi kali ini statement "ngebolang" itu dapat diartikan sesuai makna sebenarnya. Karena kami seperti anak hilang di telan kerasnya kehidupan Jakarta.
Hari ini, setelah bingung mau kemana karena menolak ngemall terus tapi nggak punya kendaraan buat pergi ke pelosok-pelosok Jakarta, akhirnya dengan sok tahu dan sok mau jalan-jalan, kami memutuskan untuk pergi ke Ragusa. Ragusa adalah toko eskrim jaman baheula yang lokasinya berada di Jalan Veteran 1, Jakarta Pusat. Lebih tepatnya dia berada di belakang Masjid Istiqlal.
Oke, keberangkatan kami dengan bis 52A lancar-lancar saja, sampai kemudian disambung dengan busway koridor 1 yang membawa kami ke Harmoni. Kenapa mau ke Istiqlal harus ke Harmoni dulu? Karena, kami yang pemula naik busway ini mengikuti rute busway yang mengatakan kalau mau naik bus yang lewat depan istiqlal ya harus ke Harmoni dulu. Meskipun waktu di halte Monas, kami sempat ragu, soalnya istiqlal sudah kelihatan dari situ. Well, memang seharusnya lebih baik kami turun disitu kemudian sambung lagi dengan bajaj.
Sesampainya di Harmoni, ugggh antriannya panjang banget! Dan ternyata bisnya lama banget datangnya. Nggak kuat menjalani antrian yang mengerikan, saya dan nenek pun memutuskan untuk mencari taksi aja, toh dekat. Kebetulan dari halte itu kami melihat banyak taksi bersliweran di pinggir jalan - jadi kami mengasumsikan bahwa banyak taksi kosong. Ternyata oh ternyata, taksi-taksi sih banyak, tapi ada penumpangnya semua! Oh God. Jadi kami terpaksa berjalan lagi agak jauh karena sikut-sikutan sama beberapa ibu-ibu dan calon penumpang lain yang juga nyari taksi di bawah halte busway. Setelah setengah jam penuh keringat, akhirnya ada juga taksi kosong.
Taksi ini pun membawa kami pergi ke Ragusa. Untungnya nggak pake nyasar. God bless GPS Technology. Di Ragusa, kami yang sudah capek berdiri di busway-berdiri di halte-berdiri nyari taksi ini rasanya pengen cepet-cepet duduk cantik. Sayangnya, kenyataan berkata lain. Ragusa penuh banget! Kami pun terpaksa berdiri lagi sambil mengamati orang mana nih yang keliatannya makannya udahan dan mau bangkit.
Ragusa tampak depan. Di depan ragusa banyak tukang jualan makanan berat seperti sate dan gado-gado. |
Setelah perjuangan yang panjang, akhirnya kami berhasil mendapat tempat duduk dan segera memesan Spaghetti Ice Cream & Special Mix Ice Cream. Demi sesuap eskrim inilah perjuangan 2 jam kami tempuh.
Spaghetti Ice Cream and Special Mix Ice Cream |
Is it worth it? Well, I have to say....... eskrimnya rasanya biasa aja. Mungkin karena ini eskrim jadul sementara saya biasa makan eskrim modern yang kaya susu dan topping. Mungkin juga karena suasananya sumpek jadi saya nggak bisa menikmati rasa jadul eskrim itu. Buat saya, si es krim ini rasanya agak hambar. Rasanya seperti dibuat nggak pakai susu tapi pakai air dan perasa. Tapi kalau dimakan bersama toppingnya (potongan buah dan kacang) mendadak jadi enak. Menurut Nenek sih, itu salah lidah saya yang error. Kata Nenek, es krimnya enak. Apalagi yang nougat. Oh iya, Spaghetti Ice Cream ini rasanya vanilla dan harganya IDR 30.000. Sementara Special Mix Ice Cream terdiri dari 4 rasa: vanilla, nougat, strawberry, dan coklat. Harganya IDR 20.000.
Beres dari Ragusa, kami memutuskan mampir ke Masjid Istiqlal. Tapi kami yang sedang nggak shalat ini nggak bisa masuk jadi hanya dengan miris menatap si masjid dari luar. Saya yang terakhir ke istiqlal waktu jaman haji-hajian TK itu, sukses diketawain Hanna karena pengen banget ngeliat dalemnya istiqlal. Padahal menurut si nenek, dalemnya istiqlal ya sama aja kaya masjid-masjid kebanyakan. Tapi tetep aja hidup saya nggak tenang kalau belum masuk. Sayang hari itu saya gagal masuk ke istiqlal.
Memandang ke seberang Istiqlal, ada Katedral yang cantik banget. Melihat katedral saya mendadak merasa pindah jaman dan pindah setting tempat lagi di Eropa jaman dulu. Saya langsung ngajak nenek masuk ke katedral karena menurut teman saya, isinya bagus banget. Kemudian si nenek berkata, "Ya kali lo mau masuk katedral pake jilbab. Mau diarak keluar?" Ah iya, benar juga. Agak aneh sih kalau orang pake jilbab masuk katedral. Tapi saya penasaran gimana dong .__.
Katedral cantik. Istiqlal juga cantik, tapi fotonya nggak cantik. Jadi nggak dimasukin di sini .__. |
Setelah muter-muter nggak jelas di Istiqlal karena salah pintu keluar, kami akhirnya memutuskan naik taksi (lagi) untuk mencari makan. Pilihan tempat makan kami adalah Plaza Semanggi (ujung-ujungnya berakhir di mall). Apa boleh buat, saat itu hujan, Nenek buta Jakarta Pusat, apalagi saya. Kendaraan pun sulit disini, daripada hidup lantang-luntung kehujanan, kami akhirnya mencari aman.
Everything went well in Plaza Semanggi, yang bermasalah adalah perjuangan kami mencari kendaraan pulang. Nggak ngerti ya ada apa dengan kendaraan hari ini, pas butuh bis adanya taksi, pas butuh taksi, taksi nggak ada dan bis juga nggak ada sih. Jadi perjalanan pulang kami seharusnya naik bis 52A, atau trans kemang, atau trans galaxy. Tapi ketiganya tidak juga memunculkan batang hidungnya. Sementara bis Blok M-Bekasi Barat penuhnya kayak bis orang mau demo. Setelah berpikir bahwa worst case scenario kami adalah pulang naik taksi (lagi) atau naik busway sampai pinang ranti, mendadak muncul omprengan ke Bekasi Barat. God bless omprengan!
Yah, kurang lebih perjuangan kami hari ini seperti itu. Nggak sih, ini nggak jalan-jalan yang melihat objek menarik A atau makan objek menarik B. Well, ada objek makanan menarik satu, sisanya adalah menikmati kerasnya hidup di Jakarta. Tapi saya bersyukur udah ke Istiqlal lagi. Lesson learned, lain kali mau kesini kalau sudah boleh bawa mobil sendiri aja. Jakarta keras!
Salam,
Salam,
3 comments
cha, katedral buka senin rabu dan jumat jam 10.00-12.00 untuk umum kok :) Pas gue ke sana, setelah gw ada 5 orang yang 2 di antaranya berjilbab. Aman-aman aja kok, Cha!
BalasHapusoh gitu raaan, baiklah kapan-kapan gw main kesana deh :)
BalasHapuskapan2 ke istiqlal ah
BalasHapus