Perubahan Iklim: Apa yang Terjadi dan Apa yang Bisa Kita Lakukan
By Anissa Ratna Putri - Maret 02, 2013
Foto dari nypost.com |
Selama satu abad
terakhir, suhu bumi menghangat sebesar 1,4°F. Kenaikan suhu ini memicu fenomena
yang dikenal sebagai perubahan iklim. Ya, kondisi cuaca yang tidak menentu
seperti dijelaskan di atas adalah salah satu contoh dampak dari perubahan
iklim. Jika ditelusuri lebih jauh, kenaikan suhu di bumi salah satunya terjadi
akibat perilaku penghuninya, manusia. Mengapa? Deforestasi, emisi kendaraan
bermotor, pembakaran bahan bakar fosil, dan berbagai aktivitas manusia yang
menghasilkan gas rumah kaca adalah penyebabnya. Gas rumah kaca akan memicu
pemanasan global, di mana suhu bumi naik karena terperangkapnya gas-gas
tersebut di atmosfer. Suhu yang naik memicu keanomalian terjadi, seperti
masalah perubahan iklim yang kita rasakan sekarang.
Masalah perubahan iklim
adalah masalah global. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh hewan yang
bermigrasi, tanaman-tanaman yang mati, atau sungai yang kekeringan, namun juga
oleh manusia. Dampaknya tidak hanya mempengaruhi benua Asia saja, atau benua
Eropa saja, namun mempengaruhi satu bumi kita. Perubahan iklim terjadi di
seluruh belahan dunia, dengan kasus yang berbeda-beda.
Berbagai kasus perubahan
iklim telah memberikan dampak yang cukup besar bagi kelangsungan hidup manusia.
Di wilayah utara, terjadi pencairan es kutub yang menyebabkan kenaikan
permukaan air laut di berbagai negara. Kenaikan air laut ini merenggut
permukiman penduduk yang berada di wilayah pesisir. Di Afrika, bencana
kekeringan dan banjir dapat terjadi di tempat yang sama hanya dalam jarak waktu
satu bulan saja. Hal ini menyebabkan terjadinya kelaparan masal dan masalah
ekonomi. Sementara itu di Asia, banjir-banjir yang terjadi menimbulkan masalah
baru, yaitu minimnya ketersediaan air bersih. Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia ikut merasakan
dampak perubahan iklim. Sejauh ini, kita, masyarakat Indonesia, dapat
memperoleh kebutuhan pangannya dari lahan-lahan yang subur untuk tanaman
pangan. Namun, dengan keadaan iklim yang tidak menentu, sektor pertanian di
Indonesia terancam mengalami penurunan hasil produksi. Hasil tanaman pangan
akan lebih sulit dipanen tepat waktu. Pun jika hasil pangan bisa dihasilkan
dalam waktu yang sesuai dengan kondisi iklim normal, kemungkinan besar harga
pangan akan naik. Hal ini disebabkan adanya usaha lebih untuk memproduksi hasil
pangan tersebut, misalnya penggunaan air yang meningkat karena tidak ada air
hujan. Masalah ini tidak hanya soal ekonomi, namun juga kemungkinan akan
menimbulkan wabah kelaparan bagi mereka yang kurang mampu.
Selain itu, perubahan
iklim juga mengirimkan berbagai cuaca yang tidak menyenangkan – entah itu badai
atau panas terik – yang pada akhirnya mempengaruhi kesehatan masyarakat
Indonesia. Musim pancaroba yang tidak kunjung usai membawa beragam jenis
penyakit, terutama penyakit infeksi saluran pernapasan. Belum cukup sampai di situ,
perubahan iklim yang mengirimkan banjir besar juga sukses melumpuhkan
Indonesia. Bencana banjir yang melanda beberapa daerah di Indonesia telah
mengakibatkan kerusakan infrastruktur dan menghambat aktivitas masyarakat. Tak
ayal, beberapa pihak bahkan kehilangan tempat tinggalnya sehingga perlu
diungsikan.
Dari gambaran
masalah-masalah itu, apa yang terpikir oleh kalian? Panik? Bingung? Atau
mungkin adakah yang bertanya-tanya, “Apa yang bisa saya persiapkan untuk
meminimalisir dampak bencana perubahan iklim?”
Setiap masalah pasti bisa
dicari solusinya, begitu pula dengan perubahan iklim. Meskipun ada konspirasi
alam semesta dalam terjadinya bencana alam, namun tak bisa dipungkiri kalau
manusia juga berkontribusi, melalui berbagai aktivitasnya yang ternyata
sebagian besar memberi dampak buruk pada alam. Karena itulah dalam menghadapi
perubahan iklim, manusia perlu melakukan tindakan adaptasi. Tidak hanya
bertindak reaktif, namun juga antisipatif.
Ada banyak usaha yang
bisa dilakukan sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan iklim. Bisa berupa
hal-hal besar, bisa juga berupa hal-hal kecil seperti perubahan perilaku sehari-hari.
Tentu saja, jika dilakukan oleh masyarakat banyak, usaha ini akan memberi
dampak yang signifikan. Apa saja yang dapat kita lakukan untuk beradaptasi
dalam kehidupan sehari-hari? Beberapa hal ini mungkin bisa kalian terapkan sebagai
bentuk aksi nyata.
1. Kurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi
Jakarta adalah salah satu kota yang bisa dijadikan contoh untuk mendukung pernyataan ini. Macet, macet, macet. Setiap hari, tak kenal waktu dan tempat. Selain macet, emisi banyak kendaraan juga menyumbang gas rumah kaca yang signifikan. Jadi, untuk menghindari macet dan meminimalisir kontribusi kita terhadap perubahan iklim, ayo manfaatkan transportasi umum! Atau, kalian juga bisa memanfaatkan sepeda untuk bepergian dalam jarak tertentu. Bahkan kalau bisa ditempuh dengan jalan kaki, tidak perlu naik kendaraan. Selain mengurangi emisi, jalan kaki juga membuat tubuh lebih sehat.
2. Gunakanlah listrik dengan efisien
Masyarakat sadar teknologi biasanya tidak bisa hidup tanpa internet, laptop, handphone, dan seperangkat alat elektronik lainnya. Bagaimana semua peralatan elektronik itu bisa hidup? Dengan daya dari listrik tentunya. Listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik akan membutuhkan energi yang lebih banyak jika kita boros dalam penggunaan listrik. Manfaatkanlah listrik yang ada dengan efisien, sesuai keperluan. Matikan laptop jika sudah tidak digunakan. Cabut charger handphone yang baterainya sudah penuh. Matikan lampu jika keluar rumah. Tindakan-tindakan sederhana, namun dapat memberi dampak besar.
3. Manfaatkanlah teknologi
Saat ini sudah ada beberapa teknologi yang mendukung efisiensi energi, misalnya lampu LED. Berbagai alternatif energi terbarukan juga dapat digunakan jika memungkinkan. Selain itu, teknologi yang menyediakan sistem elektronik juga memudahkan dan menghemat penggunaan kertas. Misalnya, teknologi email dan e-magazine. Dengan memilih untuk menggunakan versi elektronik daripada versi manual, emisi yang dihasilkan dari penggunaan energi untuk memproduksinya pun lebih sedikit.
4. Makanlah makanan lokal
Ketika memilih bahan untuk memasak, pilihlah bahan lokal. Selain mengurangi penggunaan bahan bakar dan pemborosan energi dari proses transportasi bahan impor, memilih bahan lokal juga memajukan ekonomi masyarakat Indonesia.
5. Manfaatkan kembali sampah yang berharga
Sampah akan ditimbun di lahan urug dan dapat menghasilkan gas metan, salah satu gas rumah kaca paling berbahaya, yang pastinya juga dapat menyebabkan perubahan iklim. Dengan menggunakan kembali (reuse) atau mendaur ulang (recycle), kita telah berkontribusi untuk meminimalisir pelepasan gas rumah kaca ke atmosfer dari timbunan sampah.
6. Libatkan diri dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan lingkungan
Kalian juga bisa terlibat langsung membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan perubahan iklim, melalui bergabung dengan aktivitas komunitas atau lembaga tertentu. Dengan terlibat langsung, kalian memberikan kontribusi nyata dan memberikan perubahan.
Ingatlah, perubahan iklim adalah masalah kita bersama yang perlu diselesaikan bersama pula. Lakukan mulai dari diri sendiri, melalui hal-hal kecil. Ajak dan libatkan orang-orang di dekat kalian. Karena hal-hal kecil sekalipun dapat memberikan dampak besar jika dilakukan bersama-sama.
Catatan:
Tulisan ini disertakan dalam lomba blog Oxfam. Oxfam adalah konfederasi internasional dari tujuh belas organisasi yang bekerja bersama di 92 negara sebagai bagian dari sebuah gerakan global untuk perubahan, membangun masa depan yang bebas dari ketidakadilan akibat kemiskinan.
1. Kurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi
Jakarta adalah salah satu kota yang bisa dijadikan contoh untuk mendukung pernyataan ini. Macet, macet, macet. Setiap hari, tak kenal waktu dan tempat. Selain macet, emisi banyak kendaraan juga menyumbang gas rumah kaca yang signifikan. Jadi, untuk menghindari macet dan meminimalisir kontribusi kita terhadap perubahan iklim, ayo manfaatkan transportasi umum! Atau, kalian juga bisa memanfaatkan sepeda untuk bepergian dalam jarak tertentu. Bahkan kalau bisa ditempuh dengan jalan kaki, tidak perlu naik kendaraan. Selain mengurangi emisi, jalan kaki juga membuat tubuh lebih sehat.
2. Gunakanlah listrik dengan efisien
Masyarakat sadar teknologi biasanya tidak bisa hidup tanpa internet, laptop, handphone, dan seperangkat alat elektronik lainnya. Bagaimana semua peralatan elektronik itu bisa hidup? Dengan daya dari listrik tentunya. Listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik akan membutuhkan energi yang lebih banyak jika kita boros dalam penggunaan listrik. Manfaatkanlah listrik yang ada dengan efisien, sesuai keperluan. Matikan laptop jika sudah tidak digunakan. Cabut charger handphone yang baterainya sudah penuh. Matikan lampu jika keluar rumah. Tindakan-tindakan sederhana, namun dapat memberi dampak besar.
3. Manfaatkanlah teknologi
Saat ini sudah ada beberapa teknologi yang mendukung efisiensi energi, misalnya lampu LED. Berbagai alternatif energi terbarukan juga dapat digunakan jika memungkinkan. Selain itu, teknologi yang menyediakan sistem elektronik juga memudahkan dan menghemat penggunaan kertas. Misalnya, teknologi email dan e-magazine. Dengan memilih untuk menggunakan versi elektronik daripada versi manual, emisi yang dihasilkan dari penggunaan energi untuk memproduksinya pun lebih sedikit.
4. Makanlah makanan lokal
Ketika memilih bahan untuk memasak, pilihlah bahan lokal. Selain mengurangi penggunaan bahan bakar dan pemborosan energi dari proses transportasi bahan impor, memilih bahan lokal juga memajukan ekonomi masyarakat Indonesia.
5. Manfaatkan kembali sampah yang berharga
Sampah akan ditimbun di lahan urug dan dapat menghasilkan gas metan, salah satu gas rumah kaca paling berbahaya, yang pastinya juga dapat menyebabkan perubahan iklim. Dengan menggunakan kembali (reuse) atau mendaur ulang (recycle), kita telah berkontribusi untuk meminimalisir pelepasan gas rumah kaca ke atmosfer dari timbunan sampah.
6. Libatkan diri dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan lingkungan
Kalian juga bisa terlibat langsung membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan perubahan iklim, melalui bergabung dengan aktivitas komunitas atau lembaga tertentu. Dengan terlibat langsung, kalian memberikan kontribusi nyata dan memberikan perubahan.
Ingatlah, perubahan iklim adalah masalah kita bersama yang perlu diselesaikan bersama pula. Lakukan mulai dari diri sendiri, melalui hal-hal kecil. Ajak dan libatkan orang-orang di dekat kalian. Karena hal-hal kecil sekalipun dapat memberikan dampak besar jika dilakukan bersama-sama.
Catatan:
Tulisan ini disertakan dalam lomba blog Oxfam. Oxfam adalah konfederasi internasional dari tujuh belas organisasi yang bekerja bersama di 92 negara sebagai bagian dari sebuah gerakan global untuk perubahan, membangun masa depan yang bebas dari ketidakadilan akibat kemiskinan.
1 comments
setuju.. tapi untuk memulainya harus dimulai dari diri sendiri... untuk penyelamattan tersebut...
BalasHapuskalo aku mulai dari gak ngambil slip atm jika tidak diperlukan.. hehehe