Hari Raya di Perantauan

By Anissa Ratna Putri - Juni 16, 2018

Selamat Idul Fitri! Untuk ketiga kalinya, saya mengalami lebaran di Jepang. Bagi saya, Ramadhan di perantauan terasa lebih khidmat justru karena tidak ada kehebohan seperti yang biasa dilakukan di Indonesia. Walau tidak bisa dipungkiri, saya juga rindu menghabiskan momen lebaran bersama keluarga di rumah. 

Tahun pertama saya berada di Kyoto, saya mengalami bulan Ramadhan mostly sendirian di dorm saya di Satsuki - sesuatu yang memotivasi saya untuk mengidekan sebuah acara kumpul-kumpul anak-anak 'single' muda di Kyoto untuk merayakan lebaran. Tiga tahun kemudian - tahun 2018 - saya sudah tidak single lagi dan teringat bahwa saya pernah kesepian saat Ramadhan dan terutama saat malam takbiran. Saya pun memutuskan trial and error membuat masakan lebaran dan mengundang teman-teman singles yang rumahnya dekat dengan apartemen untuk malam takbiran. Karena keterbatasan tempat, teman-teman yang bisa saya dan Rizky undang ke apartemen hanya sepersekian dari anak-anak single yang ada di Kyoto. Nevertheless, it was fun! I was really happy because our friends are happy spending malam takbiran at our place.



Esok paginya, kami menunaikan shalat Ied di Kokoka (Kyoto International Community House).
Sesi shalat Ied di Kyoto tidak selalu dilaksanakan di lokasi yang sama, namun alhamdulillah selama tiga tahun saya berlebaran di Kyoto, kami mendapatkan lokasi yang cukup nyaman untuk beribadah. Shalat Ied dikelola oleh KMA (Kyoto Muslim Association), yang isinya tidak hanya orang Indonesia saja namun juga berbagai warga negara lainnya seperti Malaysia, Mesir, dan lain sebagainya. Shalat Ied di Kyoto biasa dimulai sekitar pukul 9:30. Selesai shalat Ied, warga Indonesia berkumpul untuk silaturahmi dan foto bersama hingga pukul 11:30.


Karena hari Idul Fitri 2018 jatuh pada hari Jumat yang merupakan weekday, bagi sebagian orang, berakhirnya shalat Ied berarti kembali ke kesibukan mereka seperti biasa - di kampus, di kantor, atau di lab. Namun bagi saya dan Rizky yang jadwalnya fleksibel, kami mendapat kesempatan untuk memenuhi undangan dari relasi kami. Hari itu, kami mendatangi dua rumah - rumah pertama adalah Tante Trie Hashimoto yang masakannya nomor satu se-Kyoto. Rumah kedua yang kami datangi adalah rumah Reza dan Icha, teman kami yang berbaik hati membuka rumah untuk teman-teman singles yang butuh lokasi untuk berkumpul bersama. Alhamdulillah, bukan hanya saya saja yang mau berbagi karena tahu betapa tidak enaknya lebaran sendirian di negara orang.

Dengan segala keterbatasan yang ada di Jepang, saya sebagai minoritas merasa hidup di Kyoto tidak sesepi dulu lagi. Alhamdulillah, ada keluarga Indonesia yang mau berkumpul dan merayakan hari kemenangan bersama-sama. Semoga di mana pun kalian berada, kalian bisa merasakan kehangatan lebaran sama seperti kalian berada di tanah air.

Selamat Idul Fitri 1439 H,
mohon maaf lahir dan batin!




  • Share:

You Might Also Like

0 comments