Wisata bagi saya belum lengkap tanpa menjelajah kulinernya. Selama ke Solo dan Yogya, saya mengunjungi beberapa restoran, kaki lima, dan cafe yang sebagian besar sudah saya browsing dahulu sebelumnya. Berikut ini tempat kuliner yang saya datangi.
Solo
Nasi Liwet Yu Sani
Setelah browsing-browsing dan tanya sana-sini di mana nasi liwet yang enak di Solo, pilihan akhirnya jatuh ke Nasi Liwet Yu Sani. Nasi liwet ini adalah makanan pertama yang kami makan di awal trip setibanya di Solo. Lokasinya berupa tenda kaki lima yang tidak jauh dari Alun-Alun Surakarta, buka jam 17:00-23:00. Karena sejak kecil bias makan Nasi Liwet Keprabon di Jakarta, menurut saya Nasi Liwet Yu Sani ini enak! Sama Keprabon mirip rasanya, tapi Keprabon terasa lebih fancy aja (ya iyalah resto vs kaki lima wk). Saya dan Rizky yang kelaparan masing-masing makan 2 porsi nasi liwet, dan bayar sekitar Rp 100.000, jadi kira-kira satu porsi nasi liwetnya sekitar Rp 25.000. A bit pricey untuk skala Solo, tapi tidak menyesal karena enak!
Niatnya mencari makanan di Ngarsopuro Night Market, tapi ternyata pasarnya belum buka. Tiba-tiba ketemu restauran eskrim ini, dan ternyata ini semacam Ragusa nya Solo! Waktu kami datang, banyak es krim yang sudah habis, tapi rasa yang tersisa pun nggak mengecewakan! Kami pesan es krim single scoop blueberry dan strawberry dan ternyata disajikannya dengan cornflake di bagian bawahnya - love it! Plus, disediakan air putih free untuk minus setelah makan es krim - very thoughtful :) Harga satu single scoopnya Rp 17.000 saja. Es krim Tentrem buka jam 10:00-21:00 setiap hari, lokasinya di Jalan Slamet Riyadi.
Kami makan di tempat ini dua kali. Pertama makan malam sate kambingnya, kedua makan siang tengkleng rica-ricanya. Makan yang pertama bisa dibilang gagal karena sate kambingnya keras dan harganya mahal (Rp 60.000/10 tusuk). Namun karena teman-teman bilang harus banget mencoba tengkleng rica-ricanya, akhirnya saya dan Rizky kembali lagi ke sini. Ternyata, memang the best nya adalah si tengkleng rica-rica. Satu porsi tengkleng rica-rica saya makan berdua Rizky, karena memang sebanyak itu. Tapi sebenarnya terlihat banyak karena tulangnya besar-besar sih, kalau lagi lapar, mungkin sebaiknya pesan satu porsi untuk satu orang saja hehe. Satu porsi tengkleng rica harganya Rp 50.000. Sayangnya, walau sangat terkenal, warung/resto ini kurang menjaga kebersihannya. Di bawah tempat duduk banyak sekali tisu yang berserakan, membuat saya kurang nyaman makan di sana. Bahkan saya bisa bilang kaki lima Nasi Liwet Yu Sani lebih bersih daripada resto Sate Kambing Pak Manto ini. Sate Kambing Pak Manto buka setiap hari, jam 7:30-20:00.
Serabi yang ternyata sudah buka banyak cabang termasuk di Jakarta dan Bandung ini ternyata enak banget kalau dimakan saat masih hangat. Saya mencoba satu serabi seharga Rp 2.800 dan waaw rasanya kaya meleleh di mulut. Seenak ituu! Serabi Notosuman di Solo ada 2 toko, yaitu Ny. Handayani (toko oranye) dan Ny. Lidya (toko hijau). Saya membeli serabi di Ny.Handayani dan foto-foto di Ny.Lidya, hehe. Pilihan saya jatuh ke Ny.Handayani atas rekomendasi supir gocar setempat. Kedua toko ini buka setiap hari dari jam 5 pagi hingga jam 3-4 sore.
Yogyakarta
Berdasarkan pengalaman dibawain oseng mercon enak ke Kyoto oleh seorang teman, Rizky bertekad untuk makan oseng mercon di tempat aslinya. Jadilah saya browsing dan menemukan Oseng Mercon Bu Narti sebagai salah satu oseng mercon terdepan di Yogyakarta. Lokasinya di Jalan KH.Ahmad Dahlan, buka jam 18:00-24:00. Ketika sampai di lokasi, baru tahu kalau ternyata di sepanjang jalan ini ada banyak kaki lima oseng mercon selain Bu Narti.
So this is the moment of truth: apakah oseng mercon aslinya di Yogya seenak yang dikemas dibawa ke Kyoto?
Jawabannya: saking pedasnya, saya sampai nggak bisa mikir ini enak atau nggak.
Awal-awal makan enak-enak aja, makin lama bibir makin pedas, perut makin panas. Bahkan Rizky si raja pedas berakhir dengan minta obat maag karena sepedas itu. Peringatan buat yang nggak kuat pedas, sebaiknya nggak usah coba-coba. Oh iya harganya lumayan mahal untuk skala Yogya. Dua porsi plus dua es teh manis harganya Rp 100.000.
Iconic Gelato and Bistro
Setelah perut panas di Bu Narti, kami mencari makanan yang bisa mendinginkan perut. Dari beberapa tempat es krim yang ada di Yogya, pilihan saya jatuh ke Iconic Gelato and Bistro. Pilihan ini didasari juga karena cafe ini menjual tidak hanya es krim tapi juga experience makan dikelilingi figure arts - yang membuat Rizky sebagai pecinta mainan sangat bahagia. Es krim regal andalannya sayangnya sudah sold out saat kami tiba, jadi kami mencoba rasa lain yang standar saja. Tapi tidak menyesal karena tempatnya enak untuk nongkrong dan 'beda' aja sama cafe pada umumnya. Iconic Gelato and Bistro buka setiap weekdays jam 10:00-23:00 dan setiap weekend jam 10:00-24:00.
Mangut Lele Mbah Marto
Another tempat makan yang tidak menjual makanan saja tapi juga experience. Kali ini, experiencenya adalah experience makan di rumah Mbah Marto apa adanya, ngambil makanannya langsung ke dapurnya, duduk di meja makan rumahnya. Benar-benar seadanya banget tempatnya, tapi makanannya (kata Rizky) enak banget! Mbah Marto ini menu andalannya adalah mangut lele, semacam lele bumbu pedas. Karena saya nggak makan lele, jadi saya tidak bisa menilai hehe tapi ini seenak itu karena Rizky nambah. Untuk saya yang nggak makan lele, Mbah Marto juga menjual nasi gudeg komplit sama ayam opor dan kreceknya. Nasi gudegnya sendiri buat saya oke-oke saja, tapi mungkin agak pahit untuk yang nggak suka gudeg yang dicampur dengan daun pepaya. Mangut Lele Mbah Marto berlokasi di belakang kampus ISI Yogyakarta, buka setiap hari jam 10:00-21:00. Satu porsi nasi+mangut lele Rp 20.000 saja.
Bakmi Jowo Mbah Hadi
Bakmi djowo ini adalah salah satu favorit teman kami, Mursyid, yang kuliah di UGM dan menjadi guide kami selama di sini. Setelah hidup di Bandung di sebelah restauran Bakmi jowo yang lumayan enak, saya bisa bilang Bakmi jowo Mbah Hadi ini enak sih. Tapi surprisingly, bihun gorengnya lebih enak lagi!! Belum pernah saya makan bihun goreng seenak itu (pakai mecin apa gimana ya?? enak banget). Bakmi jowo ini terletak di sebelah SPBU di Jalan C. Simanjuntak, buka jam 18:00-20:00. Satu porsinya sekitar Rp 25.000.
Sate Kelinci Pak Jimsan
Dalam perjalanan turun dari Museum Ulen Sentalu dan Museum Merapi, teman kami merekomendasikan untuk mencoba sate kelinci. Hasil browsing kami, yang paling top nya adalah Sate Kelinci Pak Jimsan. Sesampainya di sana, sudah agak curiga kok sepi ya? Saat itu jam makan siang lewat sedikit - dan yang makan di sana hanya kami. Ternyata karena memang sate kelincinya biasa aja, gaes. Makan di sini berdua menghabiskan Rp 66.000, itu pun sate kelincinya 5 tusuk saja. Bagi kalian yang sedang turun gunung dari Merapi, sepertinya lebih recommended untuk mencoba Kopi Klotok instead of ke sini.
Gudeg Kulon Tugu
Gudeg tugu adalah gudeg kedua yang saya coba di kota gudeg ini. Buat saya yang besar dengan gudeg manis, gudeg kulon tugu ini kurang manis, walau rasanya tetap enak. Tetap saja rasanya ada yang kurang, tidak seperti set gudeg yang biasa saya makan. Buat Rizky yang nggak suka manis dan suka pedas gudeg tugu ini cocok, karena kreceknya pedas. Sesungguhnya saya kepo banget sama Gudeg Bromo Bu Tekluk yang ngantrinya nggak nyantai, tapi dia baru buka jam 23:00. Rasanya niat banget ngantri dan makan tengah malem demi sepiring gudeg. Nah Gudeg Kulon Tugu ini buka dari jam 19:00, jadi masih normal untuk makan malam. Satu porsi gudeg degna berbagai pilihan lauknya sekitar Rp 24.000.
Gudeg Bu Amad
Di hari terakhir di Yogya, kami mampir ke Gudeg Bu Amad yang lokasinya dekat dengan UGM tempat teman kami wisuda. Bisa dibilang, dari semua gudeg yang saya coba Gudeg Bu Amad ini yang paling mendekati the real gudeg yang biasa saya makan sejak kecil (padahal yang biasa dimakan gudeg Bekasi, gimana bisa dibilang the real gudeg ya wk). Gudegnya manis, tapi memang terlalu manis sih - karena ayamnya bukan ayam opor. Satu porsi gudeg ini lumayan harganya, sekitar Rp 35.000. Mereka juga menyediakan gudeg yang siap packing dibawa pulang untuk oleh-oleh.
Tempo Gelato
Perjalanan kami ditutup dengan tempo gelato di siang hari yang panas. Salah satu cabang Tempo Gelato berlokasi di dekat Gudeg Bu Amad, jadi kami jalan kaki kesana. Sayangnya lokasi yang ini AC nya nggak terlalu terasa, jadi mendinginkan badannya purely rely on the gelato. Saya pesan gelato yang milk-based sementara Rizky pesan sorbet. Keduanya enak! Nggak heran jadi restoran gelato legendarisnya Yogya. Must try kalau ke Yogya!
Penutup
Buat oleh-oleh, saya beli Bakpia Kurniasari rasa keju dan cokelat favorit yang digosend-in ke hotel, karena saya terlalu mager untuk mengantri. Walau perjalanan Yogya Solo chapter ini sudah berakhir, sebenarnya masih ada list tempat kuliner yang ingin dikunjungi: Milk by Artemy, Gudeg Sagan, Kopi Klotok, RM Demangan, dan masih banyak lagi. See you on another culinary trip, Yogya Solo!
Love,
Setelah perut panas di Bu Narti, kami mencari makanan yang bisa mendinginkan perut. Dari beberapa tempat es krim yang ada di Yogya, pilihan saya jatuh ke Iconic Gelato and Bistro. Pilihan ini didasari juga karena cafe ini menjual tidak hanya es krim tapi juga experience makan dikelilingi figure arts - yang membuat Rizky sebagai pecinta mainan sangat bahagia. Es krim regal andalannya sayangnya sudah sold out saat kami tiba, jadi kami mencoba rasa lain yang standar saja. Tapi tidak menyesal karena tempatnya enak untuk nongkrong dan 'beda' aja sama cafe pada umumnya. Iconic Gelato and Bistro buka setiap weekdays jam 10:00-23:00 dan setiap weekend jam 10:00-24:00.
Mangut Lele Mbah Marto
Another tempat makan yang tidak menjual makanan saja tapi juga experience. Kali ini, experiencenya adalah experience makan di rumah Mbah Marto apa adanya, ngambil makanannya langsung ke dapurnya, duduk di meja makan rumahnya. Benar-benar seadanya banget tempatnya, tapi makanannya (kata Rizky) enak banget! Mbah Marto ini menu andalannya adalah mangut lele, semacam lele bumbu pedas. Karena saya nggak makan lele, jadi saya tidak bisa menilai hehe tapi ini seenak itu karena Rizky nambah. Untuk saya yang nggak makan lele, Mbah Marto juga menjual nasi gudeg komplit sama ayam opor dan kreceknya. Nasi gudegnya sendiri buat saya oke-oke saja, tapi mungkin agak pahit untuk yang nggak suka gudeg yang dicampur dengan daun pepaya. Mangut Lele Mbah Marto berlokasi di belakang kampus ISI Yogyakarta, buka setiap hari jam 10:00-21:00. Satu porsi nasi+mangut lele Rp 20.000 saja.
Bakmi Jowo Mbah Hadi
Bakmi djowo ini adalah salah satu favorit teman kami, Mursyid, yang kuliah di UGM dan menjadi guide kami selama di sini. Setelah hidup di Bandung di sebelah restauran Bakmi jowo yang lumayan enak, saya bisa bilang Bakmi jowo Mbah Hadi ini enak sih. Tapi surprisingly, bihun gorengnya lebih enak lagi!! Belum pernah saya makan bihun goreng seenak itu (pakai mecin apa gimana ya?? enak banget). Bakmi jowo ini terletak di sebelah SPBU di Jalan C. Simanjuntak, buka jam 18:00-20:00. Satu porsinya sekitar Rp 25.000.
Sate Kelinci Pak Jimsan
Dalam perjalanan turun dari Museum Ulen Sentalu dan Museum Merapi, teman kami merekomendasikan untuk mencoba sate kelinci. Hasil browsing kami, yang paling top nya adalah Sate Kelinci Pak Jimsan. Sesampainya di sana, sudah agak curiga kok sepi ya? Saat itu jam makan siang lewat sedikit - dan yang makan di sana hanya kami. Ternyata karena memang sate kelincinya biasa aja, gaes. Makan di sini berdua menghabiskan Rp 66.000, itu pun sate kelincinya 5 tusuk saja. Bagi kalian yang sedang turun gunung dari Merapi, sepertinya lebih recommended untuk mencoba Kopi Klotok instead of ke sini.
Gudeg Kulon Tugu
Gudeg tugu adalah gudeg kedua yang saya coba di kota gudeg ini. Buat saya yang besar dengan gudeg manis, gudeg kulon tugu ini kurang manis, walau rasanya tetap enak. Tetap saja rasanya ada yang kurang, tidak seperti set gudeg yang biasa saya makan. Buat Rizky yang nggak suka manis dan suka pedas gudeg tugu ini cocok, karena kreceknya pedas. Sesungguhnya saya kepo banget sama Gudeg Bromo Bu Tekluk yang ngantrinya nggak nyantai, tapi dia baru buka jam 23:00. Rasanya niat banget ngantri dan makan tengah malem demi sepiring gudeg. Nah Gudeg Kulon Tugu ini buka dari jam 19:00, jadi masih normal untuk makan malam. Satu porsi gudeg degna berbagai pilihan lauknya sekitar Rp 24.000.
Gudeg Bu Amad
Di hari terakhir di Yogya, kami mampir ke Gudeg Bu Amad yang lokasinya dekat dengan UGM tempat teman kami wisuda. Bisa dibilang, dari semua gudeg yang saya coba Gudeg Bu Amad ini yang paling mendekati the real gudeg yang biasa saya makan sejak kecil (padahal yang biasa dimakan gudeg Bekasi, gimana bisa dibilang the real gudeg ya wk). Gudegnya manis, tapi memang terlalu manis sih - karena ayamnya bukan ayam opor. Satu porsi gudeg ini lumayan harganya, sekitar Rp 35.000. Mereka juga menyediakan gudeg yang siap packing dibawa pulang untuk oleh-oleh.
Tempo Gelato
Perjalanan kami ditutup dengan tempo gelato di siang hari yang panas. Salah satu cabang Tempo Gelato berlokasi di dekat Gudeg Bu Amad, jadi kami jalan kaki kesana. Sayangnya lokasi yang ini AC nya nggak terlalu terasa, jadi mendinginkan badannya purely rely on the gelato. Saya pesan gelato yang milk-based sementara Rizky pesan sorbet. Keduanya enak! Nggak heran jadi restoran gelato legendarisnya Yogya. Must try kalau ke Yogya!
Penutup
Buat oleh-oleh, saya beli Bakpia Kurniasari rasa keju dan cokelat favorit yang digosend-in ke hotel, karena saya terlalu mager untuk mengantri. Walau perjalanan Yogya Solo chapter ini sudah berakhir, sebenarnya masih ada list tempat kuliner yang ingin dikunjungi: Milk by Artemy, Gudeg Sagan, Kopi Klotok, RM Demangan, dan masih banyak lagi. See you on another culinary trip, Yogya Solo!
Love,