Kemana Sampah Kita? #1: Berkenalan dengen Sistem Kumpul-Angkut-Buang

By Anissa Ratna Putri - Desember 21, 2018

Foto dari Tempo.co
Setiap hari, kita pasti menghasilkan sampah. Sebenarnya, kemana sih sampah yang saya dan kamu hasilkan? Dibuang kemana? Diolah jadi apa? Supaya nggak penasaran, yuk cek bagaimana sistem pengelolaan sampah di Indonesia saat ini.

Sejak kecil, begini cara keluarga saya mengelola sampah: mewadahi sampah di tempat sampah yang dialasi plastik, kemudian mengikat plastiknya setelah penuh dan membuangnya di tempat sampah besar di depan rumah. Apakah ada dari kalian yang melakukan hal yang sama? Saya rasa, sebagian besar masyarakat Indonesia punya perlakuan yang sama ya, terhadap sampahnya. Nah, setelah kantong-kantong sampah ini dikumpulkan di tempat sampah besar depan rumah, ada dua kemungkinan cara sampah kita diangkut: dengan gerobak atau dengan truk.

Sebagian wilayah yang diangkut dengan gerobak sampah sampahnya akan dibawa ke Tempat Penampungan Sementara (TPS). Beberapa gerobak yang mengangkut sampah akan mengumpulkan sampahnya di sebuah wadah kontainer sampah yang kemudian akan diangkut oleh truk. Sedangkan sebagian wilayah lainnya yang diangkut dengan truk akan dibawa langsung menuju ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
TPS di Tuban, Bali. Foto dari wartabalionline.com
Pengangkutan sampah dengan truk ke TPA. Foto dari Yufienda Novitasari
Di TPA, truk menuangkan sampahnya di lahan untuk menimbun sampah. Nah, bagi kalian yang penasaran kemana sampah kita, inilah muaranya: timbunan sampah di TPA. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di tahun 2016, 69% sampah di Indonesia dikelola dengan metode landfilling (penimbunan sampah).

Selain ke TPA, ada pula beberapa kota yang sampahnya bermuara di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), misalnya kota Jakarta yang sampahnya bermuara di TPST Bantar Gebang. Berbeda dengan TPA yang bergantung pada metode penimbunan sampah, di TPST dilakukan beberapa proses lain selain menimbun sampah. Sebagai contoh, sampah-sampah yang berasal dari pasar di Jakarta akan diproses di sarana pengomposan di TPST Bantar Gebang (1). Jadi, sampah yang masuk tidak sepenuhnya ditimbun – walau porsi timbunan tetap lebih besar daripada sampah yang terolah. Hal ini karena sampah yang diproses dengan metode pengomposan di TPST ini terbatas pada sampah organik dari pasar – tidak mencakup sampah dari rumah tangga, daerah komersil, dan sumber lainnya.

TPA Suwung, Bali. Foto dari balipost.com
TPST Bantar Gebang, Bekasi. Foto dari jktbebassampah.com
Setelah ditimbun di TPA atau TPST, sampah-sampah ini kemudian akan jadi apa? Sayangnya, mereka hanya akan menjadi piramida/candi sampah saja. Ada tiga kemungkinan perlakuan yang dapat dilakukan terhadap tumpukan sampah ini. Pertama, menggunakan metode sanitary landfill – menutup timbunan sampah yang datang dengan tanah urug per hari. Kedua, menggunakan metode controlled landfill – menutup timbunan sampah yang datang dengan tanah urug per minggu. Ketiga, melakukan praktik open dumping – membiarkan sampah terus menumpuk tanpa melakukan penutupan dengan tanah urug. Sayangnya, sebagian besar kota-kota di Indonesia masih menerapkan metode open dumping (2). Padahal, penutupan dengan tanah urug dapat membantu meminimalisir bau dan penyakit yang mungkin timbul dari timbunan sampah.

Namun, meski penerapan tanah urug dilakukan pun, hal ini tidak akan membuat sampah-sampah tiba-tiba hilang terdegradasi ke tanah. Selama masih ada sampah yang masuk, sampah di TPA/TPST akan terus dan terus menumpuk. Contohnya, sampah di TPST Bantar Gebang saat ini kapasitas tampungnya telah 80% penuh dan ketinggian sampahnya telah mencapai 30 meter atau setara dengan tinggi kaki Patung Dirgantara (Patung Pancoran) di Jakarta (3). Diprediksi, TPST Bantar Gebang akan penuh di tahun 2021 (3 tahun lagi!).

Pengelolaan Sampah Indonesia. Bagan dari Damanhuri dan Padmi, 2010.
Setelah belajar tentang sistem pengelolaan sampah konvensional kumpul-angkut-buang, apakah menurut kalian ada yang harus diubah? Apakah masih mau tidak peduli kemana sampah kita? Apakah masih mau bergantung pada penumpukan sampah di TPA?

Yuk sama-sama belajar mencari solusi untuk menyelesaikan masalah sampah kita!

Salam hijau,

  • Share:

You Might Also Like

0 comments